Delapan Oktober 1988, tepat 21 tahun yang lalu, dini hari Mama harus dibawa ke seorang bidan. Perutnya yang membucit tiba-tiba sakit dan menendang-nendang. Selama 9 bulan beban itu selalu dibawanya dan dijaganya baik-baik. Malam ini, sakitnya luar biasa. Papa dan keluarga tampak sibuk dan cemas.
Dari dalam ruang bersalin, Mama menahan sakit. Keringat dingin berkucuran dari seluruh badan. Air mata mengalir deras membasahi wajah. Napasnya kencang, kadang hampir putus. Mama menjerit menahan sakit. Darah bertumpahan. Nyawa Mama sudah dipertaruhkan. Hari itu di pikirannya hanya keselamatan bayi yang akan dilahirkannya, tak sedikitpun mempedulikan nyawa dan rasa sakitnya. Maka, Mama terus berusaha mengeluarkan bayi itu dari rahimnya.
Suara tangisan bayi tiba-tiba terdengar. Mama tersenyum lega. Putra dan anak pertamanya telah selamat dilahirkan melalui rahimnya. Mama hampir pingsan, tetapi baginya begitu indah dapat melihat bayi mungilnya lahir di dunia.
Sekarang bayi yang dulu diperjuangkan dengan segenap nyawanya tumbuh besar. Dia pergi meninggalkan Mama menghadap laut luas. Ombak besar bertaruh di sana, kemungkinan badai pun bisa terjadi. Mama awalnya cemas dan tak rela, tetapi apa mau dikata, itu maunya putra harapannya.
Hari ini, 8 Oktober 2009, dini hari, aku termenung di kamar ku. Aku memingat 21 tahun silam. Mama berkorban nyawa untuk ku. Apa yang bisa aku balas? Bahkan, aku hari ini akan bisa tertawa bersama teman-temanku untuk merayakan ulang tahun? Hari ini bagi ku adalah hari penderitaan Mama. Bagiku... Hari ini hari untuk berterima kasih atas segala pengorbanan, jeri payah, keringat, air mata, dan darah Mama. Mama, Kan Xie Mama De Ai... Kan Xie Lao Mu Qe Bei. Hari ini aku tidak mau apa-apa, dan tak mau lebih hanya berharap Mama sehat selalu, bahagia dan panjang umur. Segala doa kebaikan dari teman-temanku, aku limpahkan ke Mama. Tak peduli orang bilang aku anak Mama karena aku ingin jadi anak Mama, selamanya, dan selamanya, sepanjang hidupku sekarang dan nanti...
Categories
- Gaya Hidup (4)
- Sepenggal di Antara Aku dan Dia (2)
- BUDAYA (1)
- Hidupnya Kehidupan (1)
- Kampus Fikom Untar (1)
- Kampusku (1)
Kamis, 05 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
kata Sang Bijak
Mengenai Saya

- Guru Humanis
- Suwito adalah seorang Guru Penggerak Angkatan 5 Tahun 2023 yang aktif berbagi praktik baik di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sebagai Narasumber Berbagi Praktik Baik Angkatan 2, ia berperan dalam memajukan pendidikan melalui berbagai inisiatif pembelajaran inovatif. Pada tahun 2024, Suwito juga ditunjuk sebagai Guru Duta Canva dan kini menjadi Sahabat Duta Teknologi 2024, mencoba berkontribusi dalam mempromosikan teknologi di lingkungan pendidikan. Sejak 2015, Suwito telah mengajar di SD dan SMP Santa Maria Mentok, Bangka Barat, dengan fokus pada pengajaran Bahasa Mandarin dan Muatan Lokal (Mulok). Dedikasinya dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam pembelajaran mencerminkan komitmennya untuk terus berinovasi demi kemajuan pendidikan di daerahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar