Sabtu, 22 November 2008

Vegetarian Namanya, Bukan si “Mbek”!

Suwito, Kursus Narasi Pantau & ETF
Sate, fried chicken ala Kentucky , aneka soto, tempura, empek-empek, bakso sapi, pecel lele? Itu sudah biasa! Tetapi ada,loh, fried chicken yang terbuat jamur, sate dari gandum dan jamur, soto dari sayur-sayuran tanpa daging, empek-empek dari rumput laut, bakso dari kedelai! Memang ini agak berbeda dengan makanan-makanan lain yang menjadi menu jajanan di Jakarta.
Di sudut Jalan Alpukat II, Tanjung Duren Utara, kita bisa bisa menemukan kantin yang menyediakan menu yang berbeda dari yang lainnya. Letaknya tepat di samping Kampus II Untar. Kantin Veggie namanya. Kantin ini adalah salah satu dari kantin, rumah makan, dan restaurant yang menyediakan menu makanan vegetarian. Walau title-nya vegetarian, kantin ini cukup banyak yang mengunjungi, dari mahasiswa sampai ibu-ibu.
Jangan pernah berpikir bahwa seorang vegetarian hanya makan rebusan sayuran, tahu tempe, dan lain sebagainya yang begitu menjemuhkan selera! Apalagi ada yang berpikiran seorang vegetarian itu seperti “mbek”. Kantin ini bisa membuktikan pikiran itu salah. Menu vegetarian yang menggugah selera tersedia di sini.
“Yang paling digemari jamur kentucky…, ada juga nasi tomat, nasi kuning, kalasan, mpek-mpek.... Semuanya sama sekali tidak ada unsur daging hewan, 100% nabati!” ujar Riri, juru masak dan pelayan di Kantin Veggie.
Riri bekerja di sini 1 tahun yang lalu. Dia tidak menemukan kesulitan ketika memasak vegetarian.
“Di kampung dulu, saya memang sering masak sayuran. Cuma di sini nggak boleh pakai bawang. Jadi, sudah biasa. Awalnya sih, diajarin dulu!” cerita Riri, perempuan berumur 22 tahun ini sambil mengiris sayur-sayuran untuk dimasak. Memang kantin ini memiliki dapur yang terpisah oleh sekat kaca. Jadi, kita bisa melihat cara memasak dan aktivitas dapurnya. Tak ada kecoak dan lalat, sampah-sampah dapur pun tidak tampak berceceran seperti di warteg-warteg.
“Enak dan sehat!” tegasnyanya sambil pisaunya digerak-gerakan ke atas.
“Eits…!” saya terbelalak kaget menatap pisau Riri. Riri tertawa dengan polosnya.
Sementara mbak-mbak yang lain yang sedang sibuk memasak dan melayani pengunjung kantin tertawa melihat tingkah Riri.
Riri dan 4 pelayan lainnya di kantin ini datang dari Rangkas Bitung. Mereka dipekerjakan oleh seorang pendeta Budha Maetreya untuk mengelolah kantin ini. Lantai 3 kantin adalah tempat mereka tinggal. Beberapa kali jika libur mereka menyempatkan diri pulang kampung halaman mereka. Sementara lantai 2 adalah tempat ibadah umat Budha Maetreya.
Tampaknya, vegetarian menjadi identik dengan kepercayaan tertentu. Namun, isu ini tidak menjadi benar lagi. Vegetarian sudah menjadi gaya hidup sehat secara global. Buktinya, Riri dan kawan-kawan yang otomatis menjadi vegetarian tetap menjadi penganut muslim yang setia. Mereka tetap giat menjalankan sholat 5 waktu dan puasa di bulan Ramadhan.
“Iya, Ko Suwito, sehat! Jerawat aku jadi bersih sejak makan vegetarian!” Mbak Puji, pelayan di kantin itu juga, menyela di tengah wawancara saya dengan Riri.
Vegetarian memang menyehatkan. Lemak hewani yang jahat tidak ada di situ. Beberapa penelitian juga menegaskan itu. Jelaslah, vegetarian bukan menjadi isu kepercayaan tertentu lagi, tetapi sudah menjadi isu kesehatan global. Saya juga memutuskan untuk terus mengkonsumsi menu vegetarian, walau sering dijuluki si “mbek” oleh teman-teman saya.

Tidak ada komentar:

kata Sang Bijak

Mengenai Saya

Foto saya
Penulis adalah seorang reporter humanitarian di Da Ai TV.