Panasnya Kota Jakarta membuat aku semakin gerah. Tampaknya hujan yang semalam mengguyur Kota Jakarta tak bisa meredakan panasnya. Aku baru saja mengikuti kelas Mata Kuliah Umum (MKU), Pendidikan Kewarganegaraan, seperti pelajaran di SMA dulu. Kelas Mata Kuliah Umum diadakan di Kampus II, jadi aku harus melalui jembatan “neraka” untuk kembali ke Fikom Untar di Kampus I. Jembatan ini memang seperti neraka, apalagi dengan terik matahari siang yang membakar kulit. Jembatan ini melewati tiga jalan protocol, dua jalan tol, dan satu kali. Jembatannya sempit, banyak pedagang kaki
Sebelum melewati jembatan, aku harus melangkah di Jalan Alpukat dari samping kampus I
Di ujung jalan, tampak tiga anak laki-laki berusia kira-kira 8-12 tahun. Duduk di samping got. Airnya hitam, bau, kotor, dan menggenang. Tapi, mereka tetap asyik di
Hidung mereka dimasukan ke dalam kerah baju mereka. Kedua tangannya yang memegang sesuatu dimasukan dari bawah. Sedang apa mereka tanyaku.
Ketika lewat di samping mereka, aku melirik seadanya sambil menutup hidung, tak tahan dengan bau dari got. Namun, mereka bertiga enjoy saja, tak peduli dengan aroma “sedap” dari got. Malah mata mereka merem melek menikmati sesuatu yang mereka hirup. Ohhh…, aku tahu sekarang. Mereka sedang ngelem.
Aku lewat begitu saja menuju jembatan. Anak-anak ini menjadi seupil masalah lagi bagi Pemda DKI Jakarta. Ya, hanya seupil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar