Rabu, 26 November 2008

Seupil

Panasnya Kota Jakarta membuat aku semakin gerah. Tampaknya hujan yang semalam mengguyur Kota Jakarta tak bisa meredakan panasnya. Aku baru saja mengikuti kelas Mata Kuliah Umum (MKU), Pendidikan Kewarganegaraan, seperti pelajaran di SMA dulu. Kelas Mata Kuliah Umum diadakan di Kampus II, jadi aku harus melalui jembatan “neraka” untuk kembali ke Fikom Untar di Kampus I. Jembatan ini memang seperti neraka, apalagi dengan terik matahari siang yang membakar kulit. Jembatan ini melewati tiga jalan protocol, dua jalan tol, dan satu kali. Jembatannya sempit, banyak pedagang kaki lima. Suasana macetnya jalan Jakarta bisa dilihat dari atas jembatan ini. Belum asap-asap bus Metromini, bajaj, dan Kopaja yang mewarnai langit Grogol, membuat tak nyaman di atas jembatan. Seupil masalah Kota Jakarta bisa dirasakan di sini.

Sebelum melewati jembatan, aku harus melangkah di Jalan Alpukat dari samping kampus II. Orang-orang lalu lalang. Segerombolan mahasiswa lewat sambil bercengkrama. Ada juga yang sedang bingung memilih tempat makan di sepanjang jalan. Memang jalan ini agak teduh, sehingga langkahku agak lamban.

Di ujung jalan, tampak tiga anak laki-laki berusia kira-kira 8-12 tahun. Duduk di samping got. Airnya hitam, bau, kotor, dan menggenang. Tapi, mereka tetap asyik di sana, di bawah rindangnya sebuah pohon mangga. Tubuhnya lusuh tak terurus. Bajunya juga acak-acakan, sama seperti rambutnya yang tak karuan dan berdebu. Kakinya penuh koreng dan tidak menggunakan alas. Aku menatapinya dari kejauhan.

Hidung mereka dimasukan ke dalam kerah baju mereka. Kedua tangannya yang memegang sesuatu dimasukan dari bawah. Sedang apa mereka tanyaku.

Ketika lewat di samping mereka, aku melirik seadanya sambil menutup hidung, tak tahan dengan bau dari got. Namun, mereka bertiga enjoy saja, tak peduli dengan aroma “sedap” dari got. Malah mata mereka merem melek menikmati sesuatu yang mereka hirup. Ohhh…, aku tahu sekarang. Mereka sedang ngelem.

Aku lewat begitu saja menuju jembatan. Anak-anak ini menjadi seupil masalah lagi bagi Pemda DKI Jakarta. Ya, hanya seupil.

Tidak ada komentar:

kata Sang Bijak

Mengenai Saya

Foto saya
Penulis adalah seorang reporter humanitarian di Da Ai TV.