Catatan Harian Seorang Guru
Tidak ada murid bermasalah, yang ada adalah masalah murid.
Categories
- Gaya Hidup (4)
- Sepenggal di Antara Aku dan Dia (2)
- BUDAYA (1)
- Hidupnya Kehidupan (1)
- Kampus Fikom Untar (1)
- Kampusku (1)
Kamis, 24 November 2016
Jadi Guru Beneran
Waktu kecil saya senang bermain sekolah-sekolah bersama adik dan sepupuh. Saya mengambil peran jadi guru. Sejak kecil memang saya kagum pada sosok guru. Bagi saya, guru adalah orang yang serba tahu. Wah, keren kalau bisa menjadi orang yang seperti itu.
Kalau bicara cita-cita, sebenarnya banyak cita-cita saya. Mulai dari pilot, ahli pertanian, dokter hewan, jadi wartawan, sutradara film sampai jadi artis (hahaha). Tak lupa, saya juga punya impian menjadi seorang guru. Berani bercita-cita demikian karena siapa? Ya, berkat guru lah yang terus memotivasi dan memberikan inspirasi. Jangan takut bermimpi! Begitulah kira-kira paham yang ditanamkan dalam jiwa saya.
Setahun sudah, saya berkiprah di baris terdepan dalam dunia pendidikan. Ya, sekarang saya memilih berprofesi menjadi guru. Banyak teman, sahabat, dosen, dan keluarga bertanya-tanya, kok bisa jadi guru? Bisa saja. Saya mengidamkan jadi guru sejak lama. Mungkin, ini agak idealis. Saya yang tidak mau jadi orang kaya. Saya rasa bekerja bukan hanya untuk melanjutkan kehidupan dan memperkaya materi saja. Bekerja juga perlu persembahan kepada masyarakat. Berkarya sekaligus beribadah. Menjadi guru adalah tepat untuk menyalurkan passion saya.
Belum banyak yang dapat saya lakukan untuk dunia pendidikan. Setiap hari saya bersama anak-anak. Mereka membuka hati untuk disentuh. Mereka menyerahkan masa depan untuk dibentuk. Saya mencoba mencurahkan pengabdian saya untuk mereka. Kepuasaan saya bekerja di sini bukanlah jenjang karir, naik jabatan, menjadi upah yang tinggi dan bonus sana-sini. Saya akan bangga, ketika melihat mereka suatu saat datang kepada saya dengan kehidupan yang cerah. Saya akan bangga melihat mereka datang dengan senyum penuh keyakinan. Dan itu lah yang setidaknya saya miliki sekarang, senyum keyakinan dan kehidupanyang cerah. Teman-teman saya boleh saja sukses dengan berbagai cara. Uang berlimpah dan punya posisi penting di perusahaan ternama. Namun, saat ini saya ingin mengatakan saya bangga menjalani profesi guru dan selamanya akan jadi guru, sebuah profesi yang
beneran dipandang sebelah mata, tetapi ia lah yang akan melahirkan orang-orang sukses seperti teman-teman saya. Sekarang saya menjadi guru. Benar-benar menjadi guru. Menjadi guru yang benar. Guru selayaknya guru.
Adanya sekarang saya yang penuh gairah hidup adalah juga berkat guru. Terima kasih guru-guruku. Selamat hari guru.
Rabu, 28 Desember 2011
Benarkah Musik Bisa Picu Depresi
VIVAnews - Musik. Rangkaian bunyi-bunyian indah itu ternyata memiliki efek luar biasa bagi kehidupan manusia. Studi School of Medicine Pitssburgh University menunjukkan hubungan antara musik bergenre pop dan serangan depresi.
Remaja yang depresi cenderung mencari jenis musik yang selaras dengan suasana hatinya. Mereka menjadikan lagu sebagai pelipur lara. Namun tanpa sadar, ini justru membuat remaja semakin depresi dan tertekan.
“Ini adalah temuan awal. Kami belum mengatakan bahwa musik membawa pengaruh buruk,” ujar penulis studi, Dr Brain A Primack, yang juga asisten profesor kedokteran dan pediatri di School of Medicine, Pitssburgh University, seperti dikutip dari laman Health24.
Primack mengatakan bahwa temuannya bisa menjadi penanda menarik yang dapat membantu mengenali depresi, terutama pada remaja. Tentu ini harus dihubungkan dengan variabel lain. Misalnya, tiba-tiba mendengarkan musik berlirik sedih setiap waktu, atau tiba-tiba suka mendengar musik berirama keras saat sendiri.
“Jadi mendengarkan musik bisa menjadi salah satu kegiatan yang menarik remaja dari interaksi sosial. Mereka akan terus menetap di kehidupan batin mereka. Mungkin ini yang dapat meningkatkan risiko untuk depresi,” ucap Michael W O’Hara, profesor psikologi di University of Lowa.
Dalam sejumlah studi terdahulu, musik justru terbukti menjadi media terapi ampuh untuk melawan stres. Bahkan musik dapat menjadi terapi mujarab bagi penderita jantung dan hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Laporan: Suwito Wu
• VIVAnews
Remaja yang depresi cenderung mencari jenis musik yang selaras dengan suasana hatinya. Mereka menjadikan lagu sebagai pelipur lara. Namun tanpa sadar, ini justru membuat remaja semakin depresi dan tertekan.
“Ini adalah temuan awal. Kami belum mengatakan bahwa musik membawa pengaruh buruk,” ujar penulis studi, Dr Brain A Primack, yang juga asisten profesor kedokteran dan pediatri di School of Medicine, Pitssburgh University, seperti dikutip dari laman Health24.
Primack mengatakan bahwa temuannya bisa menjadi penanda menarik yang dapat membantu mengenali depresi, terutama pada remaja. Tentu ini harus dihubungkan dengan variabel lain. Misalnya, tiba-tiba mendengarkan musik berlirik sedih setiap waktu, atau tiba-tiba suka mendengar musik berirama keras saat sendiri.
“Jadi mendengarkan musik bisa menjadi salah satu kegiatan yang menarik remaja dari interaksi sosial. Mereka akan terus menetap di kehidupan batin mereka. Mungkin ini yang dapat meningkatkan risiko untuk depresi,” ucap Michael W O’Hara, profesor psikologi di University of Lowa.
Dalam sejumlah studi terdahulu, musik justru terbukti menjadi media terapi ampuh untuk melawan stres. Bahkan musik dapat menjadi terapi mujarab bagi penderita jantung dan hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Laporan: Suwito Wu
• VIVAnews
Belanja Bikin Panjang Umur
Ingin umur panjang? Rahasianya ternyata gampang, cukup dengan sering berbelanja ke luar rumah. Yang mengejutkan lagi manfaat kesehatan dari kegiatan belanja lebih ampuh untuk para pria, daripada wanita.
Ada beberapa alasan mengapa aktivitas belanja akan membuat orang awet muda. Antara lain karena dengan rutin belanja setiap hari, hidup akan menjadi mandiri daripada mereka yang jarang berbelanja, seperti dikutip dari Daily Mail.
Alasan berikutnya ialah berbelanja berarti bertemu banyak orang atau bertemu teman. Dengan demikian, akan mencegah kesepian dan meningkatkan kesehatan psikologis. Selain itu, dengan sering berbelanja ke luar rumah, maka tubuh akan bergerak, efeknya sama seperti olahraga. Makanya, manfaat belanja lebih baik dari gym.
"Orang tua yang jarang melakukan aktivitas belanja akan berisiko memiliki kualitas diet buruk. Sebuah lingkaran setan jika kegiatan belanja belanja terbatas dan pola makan yang buruk bisa berevolusi buruk untuk orang tua," kata pemimpin penelitan, Dr Yu-Hung Chang di Lembaga Penelitian Kesehatan Nasional, Zhunan, Taiwan.
Dr Yu-Hung Chang menambahkan, "Di tempat belanja, banyak aktivitas positif yang bisa dilakukan, yaitu mulai dari bersosialisasi dengan banyak orang, atau menonton aktivitas orang lain dapat memberikan manfaat sosial dan mental.”
"Dibandingkan dengan jenis aktivitas fisik waktu senggang, seperti olahraga resmi, yang biasanya membutuhkan instruksi motivasi dan terkadang instruksi orang-orang profesional, belanja lebih mudah dilakukan secara rutin daripada olahraga.”
Penelitian ini melibatkan 1.850 orang yang berusia 65 tahun. Pria yang sering berbelanja memiliki catatan hidup lebih baik, dengan penurunan 28 persen pada peluang kematian. Sedangkan wanita merasakan manfaat ini lebih sedikit, hanya 23 persen menurunkan peluang kematian.
Temuan ini berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan secara online dalam Journal of Epidemiologi and Community Health. (pet)
Laporan: Suwito Wu
• VIVAnews
Ada beberapa alasan mengapa aktivitas belanja akan membuat orang awet muda. Antara lain karena dengan rutin belanja setiap hari, hidup akan menjadi mandiri daripada mereka yang jarang berbelanja, seperti dikutip dari Daily Mail.
Alasan berikutnya ialah berbelanja berarti bertemu banyak orang atau bertemu teman. Dengan demikian, akan mencegah kesepian dan meningkatkan kesehatan psikologis. Selain itu, dengan sering berbelanja ke luar rumah, maka tubuh akan bergerak, efeknya sama seperti olahraga. Makanya, manfaat belanja lebih baik dari gym.
"Orang tua yang jarang melakukan aktivitas belanja akan berisiko memiliki kualitas diet buruk. Sebuah lingkaran setan jika kegiatan belanja belanja terbatas dan pola makan yang buruk bisa berevolusi buruk untuk orang tua," kata pemimpin penelitan, Dr Yu-Hung Chang di Lembaga Penelitian Kesehatan Nasional, Zhunan, Taiwan.
Dr Yu-Hung Chang menambahkan, "Di tempat belanja, banyak aktivitas positif yang bisa dilakukan, yaitu mulai dari bersosialisasi dengan banyak orang, atau menonton aktivitas orang lain dapat memberikan manfaat sosial dan mental.”
"Dibandingkan dengan jenis aktivitas fisik waktu senggang, seperti olahraga resmi, yang biasanya membutuhkan instruksi motivasi dan terkadang instruksi orang-orang profesional, belanja lebih mudah dilakukan secara rutin daripada olahraga.”
Penelitian ini melibatkan 1.850 orang yang berusia 65 tahun. Pria yang sering berbelanja memiliki catatan hidup lebih baik, dengan penurunan 28 persen pada peluang kematian. Sedangkan wanita merasakan manfaat ini lebih sedikit, hanya 23 persen menurunkan peluang kematian.
Temuan ini berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan secara online dalam Journal of Epidemiologi and Community Health. (pet)
Laporan: Suwito Wu
• VIVAnews
Mengapa Hidung Lebih Sensitif Saat Lapar
VIVAnews - Saat lapar, indra penciuman Anda mungkin menjadi lebih sensitif terhadap aroma makanan. Mengapa?
Berdasar penelitian Universitas Cincinnati, jawabannya mungkin hormon ghrelin. Hormon ini dapat meningkatkan kemampuan hidung mengendus makanan, selain menstimulus rasa lapar dan berperan dalam penyimpanan lemak.
Berdasar penelitian tersebut, ghrelin berpotensi meningkatkan kemampuan indra penciuman mendeteksi makanan dan berperan dalam pengaturan tubuh terhadap sistem metabolisme serta berat badan.
Penelitian yang diterbitkan Journal Neurosciense ini dilakukan dengan uji coba terhadap manusia dan tikus. Pimpinan studi Dr Jenny Tong dan Dr Matthias Tschop, ahli endokrinologi mengatakan, ghrelin akan menstimuluskan rasa lapar untuk meningkatkan sensitivitas indra penciuman.
“Penelitian ini menunjukkan kelaparan dapat meningkatkan deteksi aroma,” ujar dr Tschop, seperti dikuti Health24. “Ghrelin adalah hormon perut lapar. Saat perut kosong hormon ini dirangsang muncul. Hormon ini juga bertanggung jawab meningkatkan sensitivitas hidung mendeteksi aroma.”
Tschop mengatakan, temuan masih membutuhkan penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi kemungkinan hormon ghrelin memengaruhi perilaku.
Laporan: Suwito Wu
• VIVAnews
Berdasar penelitian Universitas Cincinnati, jawabannya mungkin hormon ghrelin. Hormon ini dapat meningkatkan kemampuan hidung mengendus makanan, selain menstimulus rasa lapar dan berperan dalam penyimpanan lemak.
Berdasar penelitian tersebut, ghrelin berpotensi meningkatkan kemampuan indra penciuman mendeteksi makanan dan berperan dalam pengaturan tubuh terhadap sistem metabolisme serta berat badan.
Penelitian yang diterbitkan Journal Neurosciense ini dilakukan dengan uji coba terhadap manusia dan tikus. Pimpinan studi Dr Jenny Tong dan Dr Matthias Tschop, ahli endokrinologi mengatakan, ghrelin akan menstimuluskan rasa lapar untuk meningkatkan sensitivitas indra penciuman.
“Penelitian ini menunjukkan kelaparan dapat meningkatkan deteksi aroma,” ujar dr Tschop, seperti dikuti Health24. “Ghrelin adalah hormon perut lapar. Saat perut kosong hormon ini dirangsang muncul. Hormon ini juga bertanggung jawab meningkatkan sensitivitas hidung mendeteksi aroma.”
Tschop mengatakan, temuan masih membutuhkan penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi kemungkinan hormon ghrelin memengaruhi perilaku.
Laporan: Suwito Wu
• VIVAnews
Berat Badan Turun, Otak Lebih Cemerlang
Tak hanya memengaruhi kesehatan tubuh, berat badan juga memengaruhi pikiran dan otak. Kelebihan berat badan dapat menggangu fungsi kognitif seperti memori dan perhatian.
Itu sejalan dengan penelitian Universitas Kent State, Ohio, Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa kehilangan berat badan membantu meningkatkan fungsi-fungsi psikologis.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal bertajuk 'Surgery for Obesity and Related Diseases' itu menunjukkan kaitan antara obesitas dan defisit kognitif. Di sisi lain, obesitas juga telah lama diketahui mendorong demensi alzheimer dan stroke.
John Gunstad, asisten profesor psikologi yang memimpin penelitian itu, mengatakan, kehilangan berat badan dapat memperbaiki fungsi mental. Dalam studinya, ia mengukur memori dan perhatian sebuah kelompok yang terdiri 150 peserta dengan kelebihan berat badan.
Sekitar 24 persen partisipan menunjukkan gangguan belajar dan 23 persen lainnya mengalami gangguang daya ingat. Ketika peserta menurunkan berat badan mereka, prestasi akademis mereka terdongkrak dan menunjukkan perubahan positif terhadap fungsi kognitif. “Kami optimis bahwaakan melihat dampak yang positif dari penurunan berat badan.”
Lantas, apa hubungannya? Ternyata obesitas bekerja pada sejumlah jalur metabolisme yang berbeda dan salah satunya dapat memengaruhi proses informasi. Menurut Gunstad, obesitas memengaruhi sejumlah mekanisme fisiologis yang dapat memiliki efek buruk pada otak.
Usaha menurunkan berat badan dengan diet dan olahraga ternyata memberikan dampak positif pada memori dan perhatian. Studi ini membuktikan bahwa berat badan yang sehat memberikan efek yang baik untuk jasmani dan pikiran.
Laporan: Suwito Wu
• VIVAnews
Itu sejalan dengan penelitian Universitas Kent State, Ohio, Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa kehilangan berat badan membantu meningkatkan fungsi-fungsi psikologis.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal bertajuk 'Surgery for Obesity and Related Diseases' itu menunjukkan kaitan antara obesitas dan defisit kognitif. Di sisi lain, obesitas juga telah lama diketahui mendorong demensi alzheimer dan stroke.
John Gunstad, asisten profesor psikologi yang memimpin penelitian itu, mengatakan, kehilangan berat badan dapat memperbaiki fungsi mental. Dalam studinya, ia mengukur memori dan perhatian sebuah kelompok yang terdiri 150 peserta dengan kelebihan berat badan.
Sekitar 24 persen partisipan menunjukkan gangguan belajar dan 23 persen lainnya mengalami gangguang daya ingat. Ketika peserta menurunkan berat badan mereka, prestasi akademis mereka terdongkrak dan menunjukkan perubahan positif terhadap fungsi kognitif. “Kami optimis bahwaakan melihat dampak yang positif dari penurunan berat badan.”
Lantas, apa hubungannya? Ternyata obesitas bekerja pada sejumlah jalur metabolisme yang berbeda dan salah satunya dapat memengaruhi proses informasi. Menurut Gunstad, obesitas memengaruhi sejumlah mekanisme fisiologis yang dapat memiliki efek buruk pada otak.
Usaha menurunkan berat badan dengan diet dan olahraga ternyata memberikan dampak positif pada memori dan perhatian. Studi ini membuktikan bahwa berat badan yang sehat memberikan efek yang baik untuk jasmani dan pikiran.
Laporan: Suwito Wu
• VIVAnews
Selasa, 08 Maret 2011
Dari Dulu Hingga Sekarang, Hidup dalam Kerukunan
Teman-teman, masih ingat Kepulauan Bangka Belitung kan? Itu,loh, provinsi yang dijadikan lokasi Film Laskar Pelangi. Selain dikenal dengan timah dan lada putihnya, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga menyimpan warisan sejarah yang menarik,loh! Kamu bisa menemukan banyak bangunan tua yang menyimpan sejarah di Bangka Belitung, dari sebelum jaman Penjajahan Belanda sampai masa mempertahankan kemerdekaan. Nah, salah satu kota di Bangka Belitung yang memiliki banyak bangunan tua bersejarah adalah Kota Muntok. Tak hanya itu, Kota Muntok dikenal sebagai kota kerukunan antar umat beragama.
Kota Muntok adalah Ibu Kota Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kota Muntok dibangun sebagai kota pelabuhan sejak 1700-an. Kota tertua di Bangka Belitung ini dibangun bersama-sama oleh suku Melayu dan etnis Tionghoa.
Sebagai pusat perekonomian dan keresidenan, Kota Mentok berkembang sebagai kota yang modern. Perkembangan kota sangat khas kolonial, salah satunya ditandai dengan pembagian kampung. Pada tahun 1850, seorang Kolonel Hindia Belanda, De Lange, memuji perkampungan Tionghoa yang ada di Kota Muntok sebagai yang terhebat di Hindia.
Suku Melayu dan Etnis Tionghoa sama-sama pendatang di Pulau Bangka. Mereka didatangkan oleh Kesultanan Palembang dan Pemerintahan Kolonial Belanda untuk mengolah kekayaan timah di pulau itu. Dua suku ini hidup sama-sama membangun Kota Mentok sebagai pusat keresidenan sekaligus pusat pertambangan timah pada waktu itu. Mereka menjadi 2 kelompok etnis yang tersebar di seluruh Bangka Belitung. Walaupun hidup sama-sama dengan latar belakang yang berbeda, keduanya hidup rukun dan saling membantu,loh.
Kelenteng Kung Fuk Miaw adalah kelenteng tertua di Bangka Belitung yang dibangun di Kota Muntok. Umurnya sudah mencapai 3 abad. Kelenteng ini dibangun oleh masyarakat Tionghoa pada tahun 1790.Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1873 dibangunlah Masjid Jami’ di sebelah Kelenteng Kung Fuk Miaw. Kelenteng dan masjid hanya dipisahkan oleh jalan selebar 5 meter. Pembangunan masjid pada waktu itu juga dibantu oleh masyarakat etnis Tionghoa nonmuslim. Mayor Cina yang pada saat itu memimpin pertambangan timah di Bangka juga ikut menyumbang batu pualam untuk pembangunan masjid. Yang merancang bangunan pun juga seorang arsitek keturunan Tionghoa. Pada tahun 2010 yang lalu kedua bangunan bersejarah ini dijadikan sebagai benda cagar budaya yang dilindungi oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.
Kelenteng Kung Fuk Miaw dan Masjid Jami’ menjadi simbol kerukunan umat beragama. Walaupun bertetangga, mereka tetap akur satu sama lain dan saling menghormati hingga saat ini. Malah mereka saling membantu. Wah, indahnya sebuah kerukunan! Walau berbeda agama dan suku, kita bisa tetap berteman, saling menghormati, dan tetap saling membantu. Bahkan dengan kerukunan yang mereka jalani, sama-sama bisa membangun daerah mereka. Seandainya semua penduduk dunia bisa begini, tidak ada lagi yang namanya perang suku dan agama. (suwito)
Kota Muntok adalah Ibu Kota Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kota Muntok dibangun sebagai kota pelabuhan sejak 1700-an. Kota tertua di Bangka Belitung ini dibangun bersama-sama oleh suku Melayu dan etnis Tionghoa.
Sebagai pusat perekonomian dan keresidenan, Kota Mentok berkembang sebagai kota yang modern. Perkembangan kota sangat khas kolonial, salah satunya ditandai dengan pembagian kampung. Pada tahun 1850, seorang Kolonel Hindia Belanda, De Lange, memuji perkampungan Tionghoa yang ada di Kota Muntok sebagai yang terhebat di Hindia.
Suku Melayu dan Etnis Tionghoa sama-sama pendatang di Pulau Bangka. Mereka didatangkan oleh Kesultanan Palembang dan Pemerintahan Kolonial Belanda untuk mengolah kekayaan timah di pulau itu. Dua suku ini hidup sama-sama membangun Kota Mentok sebagai pusat keresidenan sekaligus pusat pertambangan timah pada waktu itu. Mereka menjadi 2 kelompok etnis yang tersebar di seluruh Bangka Belitung. Walaupun hidup sama-sama dengan latar belakang yang berbeda, keduanya hidup rukun dan saling membantu,loh.
Kelenteng Kung Fuk Miaw adalah kelenteng tertua di Bangka Belitung yang dibangun di Kota Muntok. Umurnya sudah mencapai 3 abad. Kelenteng ini dibangun oleh masyarakat Tionghoa pada tahun 1790.Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1873 dibangunlah Masjid Jami’ di sebelah Kelenteng Kung Fuk Miaw. Kelenteng dan masjid hanya dipisahkan oleh jalan selebar 5 meter. Pembangunan masjid pada waktu itu juga dibantu oleh masyarakat etnis Tionghoa nonmuslim. Mayor Cina yang pada saat itu memimpin pertambangan timah di Bangka juga ikut menyumbang batu pualam untuk pembangunan masjid. Yang merancang bangunan pun juga seorang arsitek keturunan Tionghoa. Pada tahun 2010 yang lalu kedua bangunan bersejarah ini dijadikan sebagai benda cagar budaya yang dilindungi oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.
Kelenteng Kung Fuk Miaw dan Masjid Jami’ menjadi simbol kerukunan umat beragama. Walaupun bertetangga, mereka tetap akur satu sama lain dan saling menghormati hingga saat ini. Malah mereka saling membantu. Wah, indahnya sebuah kerukunan! Walau berbeda agama dan suku, kita bisa tetap berteman, saling menghormati, dan tetap saling membantu. Bahkan dengan kerukunan yang mereka jalani, sama-sama bisa membangun daerah mereka. Seandainya semua penduduk dunia bisa begini, tidak ada lagi yang namanya perang suku dan agama. (suwito)
Kamis, 05 November 2009
21 Tahun
Delapan Oktober 1988, tepat 21 tahun yang lalu, dini hari Mama harus dibawa ke seorang bidan. Perutnya yang membucit tiba-tiba sakit dan menendang-nendang. Selama 9 bulan beban itu selalu dibawanya dan dijaganya baik-baik. Malam ini, sakitnya luar biasa. Papa dan keluarga tampak sibuk dan cemas.
Dari dalam ruang bersalin, Mama menahan sakit. Keringat dingin berkucuran dari seluruh badan. Air mata mengalir deras membasahi wajah. Napasnya kencang, kadang hampir putus. Mama menjerit menahan sakit. Darah bertumpahan. Nyawa Mama sudah dipertaruhkan. Hari itu di pikirannya hanya keselamatan bayi yang akan dilahirkannya, tak sedikitpun mempedulikan nyawa dan rasa sakitnya. Maka, Mama terus berusaha mengeluarkan bayi itu dari rahimnya.
Suara tangisan bayi tiba-tiba terdengar. Mama tersenyum lega. Putra dan anak pertamanya telah selamat dilahirkan melalui rahimnya. Mama hampir pingsan, tetapi baginya begitu indah dapat melihat bayi mungilnya lahir di dunia.
Sekarang bayi yang dulu diperjuangkan dengan segenap nyawanya tumbuh besar. Dia pergi meninggalkan Mama menghadap laut luas. Ombak besar bertaruh di sana, kemungkinan badai pun bisa terjadi. Mama awalnya cemas dan tak rela, tetapi apa mau dikata, itu maunya putra harapannya.
Hari ini, 8 Oktober 2009, dini hari, aku termenung di kamar ku. Aku memingat 21 tahun silam. Mama berkorban nyawa untuk ku. Apa yang bisa aku balas? Bahkan, aku hari ini akan bisa tertawa bersama teman-temanku untuk merayakan ulang tahun? Hari ini bagi ku adalah hari penderitaan Mama. Bagiku... Hari ini hari untuk berterima kasih atas segala pengorbanan, jeri payah, keringat, air mata, dan darah Mama. Mama, Kan Xie Mama De Ai... Kan Xie Lao Mu Qe Bei. Hari ini aku tidak mau apa-apa, dan tak mau lebih hanya berharap Mama sehat selalu, bahagia dan panjang umur. Segala doa kebaikan dari teman-temanku, aku limpahkan ke Mama. Tak peduli orang bilang aku anak Mama karena aku ingin jadi anak Mama, selamanya, dan selamanya, sepanjang hidupku sekarang dan nanti...
Dari dalam ruang bersalin, Mama menahan sakit. Keringat dingin berkucuran dari seluruh badan. Air mata mengalir deras membasahi wajah. Napasnya kencang, kadang hampir putus. Mama menjerit menahan sakit. Darah bertumpahan. Nyawa Mama sudah dipertaruhkan. Hari itu di pikirannya hanya keselamatan bayi yang akan dilahirkannya, tak sedikitpun mempedulikan nyawa dan rasa sakitnya. Maka, Mama terus berusaha mengeluarkan bayi itu dari rahimnya.
Suara tangisan bayi tiba-tiba terdengar. Mama tersenyum lega. Putra dan anak pertamanya telah selamat dilahirkan melalui rahimnya. Mama hampir pingsan, tetapi baginya begitu indah dapat melihat bayi mungilnya lahir di dunia.
Sekarang bayi yang dulu diperjuangkan dengan segenap nyawanya tumbuh besar. Dia pergi meninggalkan Mama menghadap laut luas. Ombak besar bertaruh di sana, kemungkinan badai pun bisa terjadi. Mama awalnya cemas dan tak rela, tetapi apa mau dikata, itu maunya putra harapannya.
Hari ini, 8 Oktober 2009, dini hari, aku termenung di kamar ku. Aku memingat 21 tahun silam. Mama berkorban nyawa untuk ku. Apa yang bisa aku balas? Bahkan, aku hari ini akan bisa tertawa bersama teman-temanku untuk merayakan ulang tahun? Hari ini bagi ku adalah hari penderitaan Mama. Bagiku... Hari ini hari untuk berterima kasih atas segala pengorbanan, jeri payah, keringat, air mata, dan darah Mama. Mama, Kan Xie Mama De Ai... Kan Xie Lao Mu Qe Bei. Hari ini aku tidak mau apa-apa, dan tak mau lebih hanya berharap Mama sehat selalu, bahagia dan panjang umur. Segala doa kebaikan dari teman-temanku, aku limpahkan ke Mama. Tak peduli orang bilang aku anak Mama karena aku ingin jadi anak Mama, selamanya, dan selamanya, sepanjang hidupku sekarang dan nanti...
Langganan:
Postingan (Atom)
kata Sang Bijak
Mengenai Saya

- Guru Humanis
- Suwito adalah seorang Guru Penggerak Angkatan 5 Tahun 2023 yang aktif berbagi praktik baik di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sebagai Narasumber Berbagi Praktik Baik Angkatan 2, ia berperan dalam memajukan pendidikan melalui berbagai inisiatif pembelajaran inovatif. Pada tahun 2024, Suwito juga ditunjuk sebagai Guru Duta Canva dan kini menjadi Sahabat Duta Teknologi 2024, mencoba berkontribusi dalam mempromosikan teknologi di lingkungan pendidikan. Sejak 2015, Suwito telah mengajar di SD dan SMP Santa Maria Mentok, Bangka Barat, dengan fokus pada pengajaran Bahasa Mandarin dan Muatan Lokal (Mulok). Dedikasinya dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam pembelajaran mencerminkan komitmennya untuk terus berinovasi demi kemajuan pendidikan di daerahnya.